PUNCAK PERAYAAN PURA MAJAPAHIT JIMBARAN BALI


Pada hari ke lima Senin 7/9/09,dilakukan upacara pemasangan penjor yang makna dan filosofi dari penjor adalah simbul dari naga BASUKI yang berstana di gunung Agung sebagai simbul dari keselamatan dan kesejahtraan dunia dan penghormatan pada beliau yang berstana di GUNUNG AGUNG yang merupakan hulu dari pulau BALI.Dimana seperti kita ketahui yang berstana di sana adalah HYANG WISESA/BATARA INDRA SEBAGAI NENEK MOYANG TRAH BALI . Adapun rangkaian upacara selanjutnya adalah pemasangan sanggar SURYA/manifestasi beliau sebagai upasaksi dari jalannya upacara.Dengan ritual yang disesuaikan dengan budaya setempat dengan memakai sarana bebantenan siwa-buddha.PADA HARI KE LIMA ini sudah mulai datang penyungsung –penyungsung dari luar daerah BALI yaitu trah beliau yang etnis china(pak CUN PEI,PAK HARTONO,OM CIK,BIKHU ACUN DAN BUK YENI dari Surabaya). Beliau sengaja datang dari jauh tiada lain adalah ikut merayakan ulang tahun/pujawali pura MAJAPAHIT JIMBARAN BALI,karena beliau adalah juga merasa berketurunan /trah MAJAPAHIT. Pada hari selasa tgl 8/9/09 dilanjutkan dengan nunas tirta upasaksi di tri Kayangan Jagat Jimbaran.Semua pengempon dan penyungsung ngatur ayang dengan sangat tulus dan begitu bersemangat demi kelancaran jalannya upacara PUJAWALI.Ada yang bertugas bagian dapur /konsumsi ,ada yang bertugas di bagian pengaturan upacara,ada yang bertugas di bagian perlengkapan dan lain-lainnya semua itu dilandasi dengan bakti yang sangat tulus tanpa merasa payah sedikitpun,karena semua mempunyai tanggung jawab masing-masing sehingga semuanya berjalan lancar dan terkendali.Mengatur seluruh banten(sarana persembahyangan yang di datangkan dari Griya IDA SRI BAGHAWAN KLUNGKUNG). PUNCAK PERAYAAN PUJAWALI 09/09/09,JATUH PADA HARI RABU/BUDDHA KLIWON GUMBREG. Adapun pelaksanaan upacara di mulai pada jam 9:00 yaitu pemujaan pada beliau yang dipimpin oleh seluruh Pemangku dan Bikshu dan Bikshuni pura Majapahit setempat,makna dan filosofinya adalah memberitahukan kepada Beliau yang berstana di pura Majapahit untuk menyaksikan jalannya upacara yang dilaksanakan di areal setempat,termasuk mengundang LELUHUR TERTINGGI YANG BERSTANA DI TANAH JAWA PUCAK GIRI KENCANA(LUHURING SEMERU) BESERTA BELIAU YANG BERSTANA DI DELAPAN PENJURU PULAU BALI DENGAN PELAKSANAAN UPACARA NGUBENG.Kemudian dilanjutkan dengan MECARU/PERSEMBAHAN PADA IBU PERTIWI ATAS BERKAH YANG DIBERIKAN SEHINGGA BAHAN-BAHAN UPACARA YANG TUMBUH DARI TANAH/PERTIWI KITA KEMBALIKAN PADA BELIAU(makna dan filosofinya).Karena bagaimanapun juga semua bahan persebahan untuk beliau bersumber dari hasil bumi baik yang tumbuh maupun yang terkandung di dalamnya seperti misalnya;tumbuh-tumbuhan,buah-buahan,bahan Pancadatu yang berupa emas perak tembaga kuningan dan besi.jadi sudah sepatutnyalah kita bersyukur pada beliau atas semuanya itu. Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan MELASPAS PALINGGIH BARU YANG DIBANGUN BERUPA CANDI BRAWIJAYA ,CANDI DELAPAN PENJURU ,DAN CANDI KURUNG/BENTAR SERTA PANDOPO AGUNG/PASEBAN.Semua pelaksanaan upacara ini disesuaikan dalam lontar yang sudah dilaksanakan turun temurun oleh masyarakat BALI YANG BERKETURUNAN MAJAPAHIT(RATU PASEK/PACEK TANAH BALI,RATU KEPANDEAN/PANDE,DALEM BALI,DALEM JOWO,SEWATEKING ARYA TERMASUK BALI MULA DAN BALI AGA YANG BERASAL DARI DESA AGA GUNUNG RAUNG/JATIM) jadi semua itu memakai lontar-lontar yang sudah di atur dan dituliskan oleh leluhur/pendahulu kita.yang kami Jelaskan disini adalah apa makna atau filosopi dari MELASPAS; DALAM RANGKAIAN MLASPAS ADA TATANAN YANG HARUS DIJALANKAN YAITU; 1.MEMAKUH yang tujuannya agar linggih beliau kuat/bakuh dari guncangan alam dunia baik sekala maupun niskala.BAIK BERUPA BENCANA ALAM MAUPUN GEMPA BUMI. 2.NGURIP-URIP adalah mehidupkan kembali unsur-unsur/bahan yang dipakai untuk pembikinan palinggih menjadi satu kesatuan . 3.MANCEDATU/MAPEDAGINGAN makna dan filosofinya adalah sebagai hubungan kepertiwi/tanah agar palinggih di sangga dari bawah/sebagai arda bangunan ilmiahnya bebas dari gangguan disambar petir.kalau palinggih tidak dikasi pancedatu kemungkinan besar terbakar kalau di sambar petir(dikutip dari lontar majapahit pusatberupa lempengan emas). TO BE CONTINUE......


1 Responses So Far:

Ngiring sareng-sareng Ngelantur