MEN
Berawal dari keterpencilan kami di suatu desa sebelah barat daya dari perbatasan kabupaten Tabanan dan sebelah Selatan(Kaja bagi Bll) kabupaten Buleleng yang nama desanya adalah Blahmanukan(Brah Manu Kang) ,kami menelusuri jejak Leluhur Arya Blahmanukan yang keberadaannya sangat terpencil dan masuk ke daerah dataran tinggi pegunungan Batur Karegan sebelah Utara Gunung Batukaru.Sesuatu yang sangat mengesankan di benak kami di tengah-tengah desa terdapat Palinggih Meru Tumpang 9 menjulang tinggi di depan pinggir jalan bersebelahan dengan Kantor Kepala Desa setempat.Adalah sesuatu bangunan yang seolah-olah mengingatkan pada setiap orang yang lewat bahwasanya di tempat terpencil dan jauh dari keramaian kota masih tersimpan sesuatu yang sangat unik dari peninggalan Leluhur untuk memberitahukan kepada keturunannya bahwa anda adalah keturunan Anak Menak(darah biru).Tetapi anehnya satupun warga desa tidak ada yang bergelar Gusti,atau di atasnya sampai kami mencari keturunan setempat.Dan anehnya posisi desa di kelilingi oleh air baik dari Hulu sampai ke hilir,maupun kiri kanan desa dikelilingi air,sehingga kalau dibikin peta ada mata air dari segala penjuru seolah-olah tanah desa muncul dari dalam Air.Di Hulu(Utara) desa kami menemukan peninggalan Pra Sejarah yaitu berupa Punden Berundak.danMenhir berlubang 9.entah apa maknanya sampai sekarah masih penyelidikan…..
Lebih keatas lagi di daerah pegunungan kutemukan Batu Piramid yang bisa berubah posisi sesuai arah mata Angin.Yang mana menurut Tetua yang dapat kami percayai adalah Lingga Dewa Siwa(Lingga Yoni)seolah-olah seperti gampang mencopotnya dari tanah namun sukar dicabut dan bisa digoyangkan ke segala arah yang mana kalau ada bencara Batu Linggam/Piramid/Tumpeng/Gunung itu condok kea rah mata angin dilokasi bencana yang terjadi,misalnya kalau condong kearah barat maka bencana ada diarah barat desa demikian seterusnya.
Sekarang kita bergerak ke Timur dari desa terdapat pancuran yang sangat terkenal di seluruh pelosok desa bahkan sampai ke daerah Badung(Bali Selatan)mengenalnya tapi lewat pawisik/bisikan Gaib dan banyak terbukti keampuhannya yang sering disebut pancuran “Yeh Mantra”.penunggu dari tirta yeh Mantra ini adalah berupa belut putih dan pada hari tertentu menampakkan diri kepada warga yang dating dengan niat membersihkan diri dari segala kekotoran jasmani dan rohani,dulu diceritrakan ada orang luar yang berkehendak untuk memohon air suci kepada Beliau yang berstana disana untuk pengobatan namun si pemohon lupa menaruh air ke dalam sibuh(tempat air dari batok kelapa),dan secara tiba-tiba sibuh bergerak sendiri disertai dengan terdengarnya mantra-mantra wingit keluar dari dalam sibuh dan aneh bin ajaib sibuh sudah berisi air suci jernih layak dikonsumsi .Dengan kejadian yang aneh bin ajaib serta kemukzisatan Beliau yang berstana di sana member berkah dan restu sehingga Pancuran sejak saat itu di beri nama Pancuran Yeh Mantra/Tirta Mantra yang mana di dalam dasar telaga mata air konon tersimpan Lontar-Lontar Kuno peninggalan Hyang Sidhimantra ketika beliau datang dari Jawa untuk mencari anaknya ke Besakih yaitu Manik Angkeran karena lama tidak pulang ke Jawa.Di tempat inilah beliau menyimpan pusaka-pusaka Jawa yang dipendam dengan kekuatan mantra beliau ditutup dengan Air dan di tunggu oleh Belut Putih.
Di sebelah Barat desa terdapat pancuran dan aliran sungai Yeh Saba yang hilirnya ada di daerah Seririt sampai di laut lepas dan airnya sangat besar karena hulunya ada di pengunungan di atas desa Cuma 6 km dari desa dan kami pernah main ke Hulu sambil mendaki dan airnya sangat jernih bahkan satwa/binatang gunung masih lestari hidup di pegunungan baik Kijang dan satwa lainnya tidak terusik sama sekali.Dan konon pancuran ini untuk pengobatan sampai-sampai nama dusun di barat desa namanya Dusun Obatan.Disini kami menemukan sesuatu simbol kuno yang sangat mengagumkan yang sampai sekarang kami bawa kemanapun kami berada.
Di selatan desa kami merupakan tempat Pemelastian Ida Bhatara kalau ada upacara Melasti karena desa ini jauh dari pesisir pantai atau laut dan dulu sekali waktu kami masih anak-anak melihat air merah total yang menurut penuturan Tetua adalah tersimpannya Mirah Delima asli untuk penyengker desa oleh leluhur pendahulu kami,bersambung…………
0 Responses So Far:
Ngiring sareng-sareng Ngelantur