NAMUN KETIKA KAMI MERANTAU DI DAERAH BADUNG/BALI SELATAN BARU KAMI TERSADAR DAN MERASA ADA SESUATU YANG SFESIFIK DI DESA KAMI YAITU TATANAN ADAT BUDAYA LELUHUR/PENDAHULU KAMI YANG LAIN DARI PADA DAERAH LAINNYA.BANYAK KAMI MENGIKUTI BERBAGAI MACAM ADAT BUDAYA SEPERTI DI DAERAH BADUNG, TABANAN ,NEGARA TAPI TIDAK MENEMUI ADAT BUDAYA SEPERTI DI DESA KAMI,MUNGKIN INI ADALAH BAHAN KAMI MENGUNGKAP BUDAYA PENDAHULU KAMI YANG LAIN DARI PADA YANG LAIN,BAHKAN DALAM SATU DAERAH SINGARAJA PUN TIDAK ADA YANG MENYAMAI ADAT KAMI YANG BEGITU UNIK.
CERITANYA BEGINI :
DALAM SEBUAH PERAYAAN ODALAN/KARYA AGENG DI PURA DESA DAN PURA DALEM KAHYANGAN DESA PAKRAMAN KAMI DARI KAMI SEMASIH KANAK-KANAK SAMPAI KAMI DEWASA DAN SEKARANG SUDAH BERKELUARGA SELALU KAMI DIPERTEMUKAN DENGAN BUDAYA ADAT YANG LAYAKNYA DI PURA-PURA LAIN,NAMUN ADA SATU PERTANYAAN DALAM BENAK KAMI YANG SAMPAI SEKARANG BELUM TERJAWAB SECARA PASTI YANG ADA DALAM LONTAR INDIK PUJAWALI ATAU MAMUNGKAH NGEMTEG LINGGIH,PEDUDUSAN AGUNG MAUPUN UPACARA BESAR LAIN-NYA.
SPESIFIKNYA TERLETAK PADA PENGGUNAAN SATO/BINATANG YANG BERKAKI EMPAT YAITU KIJANG/MENJANGAN YANG HIDUP DIGUNAKAN DALAM UPACARA KURBAN UNTUK PERSEMBAHAN ATURAN IDA BHATARA BHATARI YANG BERSTANA DI PURA DESA/DALEM PEKRAMAN KAMI YANG DIADAKAN PADA PURNAMA KELIMA DI PURA DALEM DAN BESOKNYA DI PURA DESA,ARTINYA PUJAWALI JADI SATU.ADAPUN KIJANG YANG DIPERSEMBAHKAN RUTIN DI TIAP-TIAP PUJAWALI YANG JATUHNYA SETAHUN SEKALI.PROSESI PENCARIAN KIJANG/MENJANGAN ADALAH DENGAN MATUR PIUNING KEHADAPAN PENGUASA GUNUNG(HYANG GIRINATHA) AGAR DIBERKAHI KIJANG DALAM RANGKA PUJAWALI DI DESA PAKRAMAN KAMI DAN ITU MERUPAKAN SUATU KEHARUSAN DALAM PERSEMBAHAN UNTUK PUJAWALI,DAN ANEHNYA SETIAP PUJAWALI PASTI MENDAPATKAN KIJANG/MENJANGAN DI SEKITAR DESA YANG KEBETULAN DEKAT DENGAN DAERAH PEGUNUNGAN,SEOLAH-OLAH KAMI MENDAPAT RESTU DARI BELIAU YANG BERSTANA DI GUNUNG KARENA KIJANG ITU KETIKA DITANGKAP DENGAN CARA BERBURU/MEBOROS,DIA ITU LANGSUNG MENAMPAKKAN DIRI DENGAN JINAKNYA.
BARU SETELAH DITANGKAP DIARAK KELILING DESA DENGAN ISTILAH SEKARANG ADALAH “MAPEPADA”,BARU KEMUDIAN DISEMBLIH UNTUK ATURAN PERSEMBAHAN/BEN BANTEN UNTUK PUJAWALI IDA BHATARA BHATARI SASUHUNAN.
PERTANYAAN KAMI ADALAH : ADAKAH KAITANNYA DENGAN MENJANGAN SLUWANG UNTUK PENGAYATAN BHATARA BHATARI MAJAPAHIT ??????
KENAPA HARUS MEMAKAI KIJANG/MENJANGAN BUKAN BINATANG YANG LAIN-NYA??????????
KALAU MASALAH “MABEBANGKIT PULAGEMBAL”NYATUR DAN UPACARA LAIN-NYA ITU NORMAL DILAKSANAKAN TAPI KENAPA HARUS DITAMBAHKAN KIJANG/MENJANGAN ????????????
KAMI SEBAGAI GENERASI MUDA SANGAT INGIN TAHU SEJARAH DAN FILOSOFINYA DENGAN PEMAKAIAN SARANA KIJANG/MENJANGAN INI DAN BAHKANKAMI MEMPERTANYAKAN PADA BENDESA ADAT DESA MAUPUN PANGLINGSIR KAMI NAMUN KAMI KURANG PUAS ATAS JAWABAN YANG KAMI DAPATKAN.
MUDAH-MUDAHAN DI BLOG BUDAYA DAN FILOSOFI INI BARANGKALI PEMBACA TAHUPERSIS DENGAN MAKNA DAN SEJARAH PEMAKAIAN SARANA KIJANG/MENJANGAN INI,KAMI SEBAGAI PENULIS MINTAK DENGAN BERIBU-RIBU HORMAT UNTUK MENGOMENTARI MAUPUN MEMBERIKAN KAMI SEJARAH FILOSOFI-NYA YANG BENAR DAN DAPAT DITERIMA DENGAN AKAL SEHAT,WASUKI LANGGENG.
2 Responses So Far:
Tiang juga anak muda Busungbiu,,,,jikalau kita tidak dapat jawban pasti,,,,,mungkin kita bisa tanya ke desa2 sebelah,,,,seperti Kekeran dan Mayong,,,yang juga setiap 10 tahun sekali menggunakan kidang/kijang dalam pujawalinya,,,,dan punya dresta menoros juga,,,
Tiang juga anak muda Busungbiu,,,,jikalau kita tidak dapat jawban pasti,,,,,mungkin kita bisa tanya ke desa2 sebelah,,,,seperti Kekeran dan Mayong,,,yang juga setiap 10 tahun sekali menggunakan kidang/kijang dalam pujawalinya,,,,dan punya dresta menoros juga,,,
Ngiring sareng-sareng Ngelantur