PENAMPAHAN GALUNGAN SERTA FILOSOFI BAGI KEHIDUPAN KITA


Penampahan Galungan jatuh pada hari selasa,tepatnya pada hari Anggara wage Dunggulan sehari sebelum hari raya Galungan yaitu pada hari Budha kliwon Dunggulan.Dimana pada hari itu umat siwa budha(Bali)mengaturkan sesaji untuk Hyang Angempu Bumi/Sang Maduwe Karang/Penunggu Karang berupa sesajen banten penampahan galungan,dihari ini kita umat siwa budha memotong babi yang disertai pemasangan penjor di sore harinya,adapun makna pemotongan hewan berkaki empat/babi/kerbau dan lain-lainnya bermakna (filosofinya)adalah  untuk membunuh/mengikis  sifat-sifat kemalasan,kebodohan,yang berhubungan dengan sifat-sifat yang identik dengan binatang pada umumnya.Karena kita ketahui manusia adalah insan yang paling dianggap sempurna diantara semua jenis ciptaan.Jangan sampai kita sebagai manusia  yang dianggap mahkluh yang paling sempurna lantas masih menerapkan sifat-sifat kebinatangan.Karena di zaman sekarang banyak manusia berwujud manusia tapi masih  memiliki sifat binatang dalam penerapan kehidupannya sehari-hari.Untuk itulah kami sebagai umat yang diangap kafir menerapkan praktek  ini yang mana  bagi etnis lain yang hanya melihat dari sisi luarnya saja tanpa mau melihat makna dan filosofinya dan terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa kami adalah kaum kafir.Padahal kalau kita lihat penyemblehan hewan kurban di tempat lain kami pantau sama saja tanpa hanya untuk dimakan sendiri / dipersembahkan pada leluhurnya/nenek moyang –Nya.Mudah-mudahan dengan tulisan ini menambah wawasan bagi saudara diluar etnis kami.Siapapun yang bisa membunuh/mengikis sifat kebinatangannya akan sangat berguna bagi kehidupan kita di dunia ini karena bagaimanapun juga kita adalah umat manusia yang sama lahir dari leluhur kita (bapak ibu),belum saya lihat manusia yang jatuh dari langit tanpa perantara kedua orang tua-kita.Sepintar-pintar manusia,secanggih-canggih manusia,secantik-cantik manusia,baik orang kaya miskin semuanya lahir dari Orangtua,adakah yang salah kalau kita hormat dan bakti pada leluhur/orang tua yang melahirkan kita ??????budaya inilah yang kami terapkan sampai turun temurun yang dikenal dengan BATARA BATARI KAWITAN.Jadi jalur /makna perayaan galungan adalah pemujaan pada leluhur dan apa maknanya kalau dihubungkan dengan MAJAPAHIT ?????????Jawaban kami adalah karena leluhur kami yang Tertinggi diatas Bapak Ibu,Kakek Nenek,kumpi buyut ,kelab kambe,udeg-udeg,gantungsiwur,kropak sentre,changgah,danghyang baru kemudian (TUHAN PALING TERAKHIR),ADALAH MAWIT SAKING MAJAPAHIT,JADI KALIANPUN MESTINYA MAWIT DARI SANA,kecuali orang luar yang tinggal di Nusantara terus menetap di Nusantara lain masalah,itu bukan urusan kami.Begitulah hubungan kami dan perayaan Galungan yang di terapkan turun-temurun di masyarakat kami dan terus berkesinambungan sampai saat ini dan lestari baik di Bali maupun di luar Bali yang masih berketurunan Majapahit,semoga pembaca dapat mengambil makna dari perayaan ini,akhir kata kami ucapkan,SELAMAT HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN KAMI UCAPKAN BAGI KETURUNAN MAJAPAHIT DI SELURUH NUSANTARA SEMOGA MENDAPAT LINDUNGAN DARI BATARA BATARI KAWITAN MOJOPAHIT,TOTHO TENTRAM KERTORAHARJO GEMAH RIMPAH LOH JINAWI.WASUKI LANGGENG.


0 Responses So Far:

Ngiring sareng-sareng Ngelantur