HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN




Perayaan Galungan di Bali sudah sangat lumrah dan datangnya tiap-tiap 6 bulan sekali bagi umat hindu Bali (Penerus Tradisi Leluhur  Majapahit).Sebelum perayaan hari H-yaitu jatuh pada Buda kliwon Dungulan sehari sebelumnya yaitu Anggara Wage Dungulan disebut hari Penampahan Galungan yaitu hari pemotongan kurban yang berupa Babi (yang diharamkan bagi umat Islam di Indonesia).Tapi jarang yang tahu filosofi penampahan Galungan yang sebenarnya terutama umat di luar Hindu Bali(bukan Hindu India),kalau hindu India bahkan sama sekali mengharamkan yang namanya daging apalagi daging BABI,SEMUANYA TIDAK MAKAN DAGING YAITU VEGETARIAN.
Filosofinya begini “Babi”yang identik dengan sifat-sifat pemalas dan suka hidup enak dan tidur melulu itu kita simbulkan dengan pemotongan babi agar kita terlepas dari sifat-sifat diatas tadi sehingga kita terlepas dari belenggu kemalasan dan kita penuh agresif lincah dan dapat berbuat terbaik untuk dharma kita di dunia ini sesuai dengan cerita pewayangan ARJUNA WIWAHA .Dalam cerita di kisahkan Arjuna bertapa di Gunung Indrakila(Gunung Arjuna di Jawa Timur),dalam tapanya Beliau di ganggu oleh Babi Hutan yang sangat buas sehingga beliau mengeluarkan panah dan memanahnya sampai mati,ketika itulah datang Batara Guru(Siwa/Purusha) dan memberikan panah Pasopatinya untuk di pergunakan nanti dalam membunuh musuh-musuh-nya dalam pertempuran “PERANG BARATHA YUDA”.
Disinilah diambil filosofi Penampahan Galungan sehingga besoknya disebut Hari Raya Galungan atau hari “Kemenangan Dharma melawan Adharma”,yang mana kejadian Galungan yang sebenarnya pertama ada di tanah Jawa dan diteruskan tradisi turun temurun bagi keturunannya di Bali,makanya ini adalah asli merupakan tradisi BUDAYA LELUHUR turun-temurun BUKAN MILIK AGAMA TERTENTU sehingga di India tidak ada yang namanya Galungan karena kisah Galungan Hanya ada di ranah Jawa pada awalnya dan diteruskan oleh keturunannya yang mengikuti Ageman Leluhurnya yaitu “AGEMAN SIWA BUDHA”.Kenapa di Jawa tidak merayakan Galungan secara besar-besaran ………………………………?karena di Jawa sudah mengikuti Ageman padang Pasir Yang dikatakan paling suci dan benar dan Matinya masuk Surga(katanya )yang jelas belum dapat dibuktikan kebenaran-nya.
Karena Arjuna sudah mendapatkan panah “PASOPATI”maka ketika pulang di sambut oleh saudaranya Pandawa yang jadi raja ketika itu adalah Yudistira(Dharma Wangsa/Zaman dinasti Wangsa Dharma/paling terakhir yaitu Dinasti Empu sindok)yang dilanjutkan kerajaannya oleh menantunya “PRABU AIRLANGGA”anak dari hasil perkawinan dari Raja UDAYANA dan MAHENDRADATTA(ANAK DARI WANGSA DHARMA/EMPU SINDOK YANG BERSAUDARA DENGAN EMPU BHARADAH keturunannya banyak di Bali, terakhir diangkat menjadi ADIPATI BALI OLEH RAJA MAJAPAHIT KETIKA ITU  yangberkuasa adalah RATU TRI BWANA TUNGGA DEWI.APANYA YANG SALAH KALAU KITA MENERUSKAN TRADISI LELUHUR YANG SEJARAHNYA SUDAH JELAS,BUKAN REKAYASA DAN MENGADA-ADA.Yang belakangan banyak sejarah Nusantara dibelokkan oleh Kaum Islam Arab untuk membodohi rakyat agar naik Haji ke Arab yang ujung-ujungnya untuk menambah devisa negaranya sendiri karena di Arab tidak ada bahan makanan kecuali kurma dan Unta sudah tentu dia menggunakan akal bulusnya dan sangat pintar mengelabui rakyat Indonesia dengan dalih 5 rukun islam karangan Nabi Mohamad(sah-sah saja/artinya tidak salah karena tujuan dia untuk mensejahtrakan rakyatnya dari kemiskinan dan Beliau berhasil dengan baik dan mulus)bahkan  sukses menghapus Sejarah Nusantara diganti dengan sejarah Arabnya Abunawas.
Dan nyatanya Justru sejarah Arab lebih terkenal di Indonesia sendiri ketimbah sejarah Nusantara sendiri,kenapa………..??karena dia sukses menghapus sejarah nusantara ketika menyerbu Majapahit di zaman Raden Patah yang mendapat pengaruh Wali songo antek –antek Islam Arab garis keras.
Bagaimana mungkin Wali Songo bisa Mokswa dengan mengkup Kerajaan Majapahit ,paakai akal sehat…!!!!buktinya kuburannya /makamnya masih ada berarti dia masih tingkat ALAM KUBUR.Tapi kalau Syeh Siti Jenar saya akui jempolan meskipun dia seorang Islam/muslim tapi dia Islam yang mempunyai “BUDHA(BUDI PEKERTI LUHUR) Apapun lebel Agamamu harus mempunyai BUDHAYA(BUDI PEKERTI LUHUR)maksud kami bukan Agama budha yang ada dan berkembang di negeri ini jangan salah kaprah dan dicampur adukkan,ini murni BUDAYA DAN BUKAN AGAMA manapun.sekali lagi kami penulis bukan orang Agama tapi kami adalah pemerhati Budaya di Negeri ini,agar pembaca paham benar”KATAKAN SALAH KALAU MEMANG SALAH DAN KATAKAN BENAR KALAU MEMANG BENAR”.
Kembali keperayaan Galungan yang jatuh pada hari “buda kliwon Dungulan”ini dirayakan adalah TURUNNYA BHATARA SIWA/HYANG PRAMESTI GURU/HYANG PURUSHA MEMBERIKAN BERKAH PASOPATI SASTRA PADA ARJUNA(KETURUNANNYA SEKARANG YANG INGAT)YAITU memperingati kembali ketika Arjuna/partha/Dananjaya dan banyak sekali sebutannya ketika memproleh senjata “PASOPATI”dan tertulis dalam kekawin “ARJUNA WIWAHA” YANG GARIS BESARNYA ADALAH MENCERITRAKAN ARJUNA SUDAH MENDAPATKAN SENJATA PASOPATI SASTRA YAITU ILMU SANGKAN PARANING DUMADI YANG DIMAKSUD BUKAN SENJATA KERIS PASOPATI TETAPI INTI SARI DARI ILMU KAWERUH YANG AKAN MENJADI PENUNTUN DALAM KEHIDUPAN SAMPAI AKHIR HAYAT.
SIAPAPUN YANG MENDAPATKAN INTI SARI DARI ILMU SANGKAN PARANING DUMADI TANPA DI DASARI KEBUDHAAN (BUDI PEKERTI LUHUR)MAKA KEHANCURANLAH YANG DI DAPAT KARENA DIA AKAN SEMENA-MENA SEPERTI KEJADIAN DI NUSANTARA BELAKANGAN INI.
CONTOH “
Saking pintarnyaNGEMINTERIN/PENIPU UJUNG-UJUNGNYA menjadi”KORUPTOR”SAKING MAYORITASNYA SEMENA-MENA SAMA KAUM MINORITAS,saking saktinya NGEBOM NEGERINYA SENDIRI,DAN BANYAK LAGI DSB DST.demikianlah filosofi Galungan(SIWA/PURUSHA)yang kemudian dilanjutkan dengan perayaan KUNINGAN(BUDHA/PREDANA/IBU)BERBUDI PEKERTI LUHUR sehingga perayaan “GALUNGAN DAN KUNINGAN”tidak bisa dipisahkan sehingga “HINDU BALI”adalah penganut AGEMAN SIWA BUDHA/PURUSA PREDANA/BAPAK IBU/AKASA PERTIWI/LINGGA YONI YANG UJUNG-UJUNGNYA LELUHUR TERTINGGI TUHAN/ALLAH DAN BANYAK SEBUTANNYA.


0 Responses So Far:

Ngiring sareng-sareng Ngelantur